Asap Rokok Mengancam Nyawa Generasi Milenial Penerus Bangsa
Sejak duduk di sekolah dasar dulu, guru olahraga selalu mengingatkan bahwa asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan kita. Bahayanya lagi, kita yang terpapar asap rokok (perokok pasif) mempunyai risiko lebih tinggi dari si perokok aktif. Si perokok pasif pun mendapatkan kontribusi sebanyak 60 persen dan si perokok aktif mendapatkan 40 persen risiko nya (bukan berarti lebih baik merokok ya gaes).
Kadang saya ingin menegur langsung, kalau di sekitar saya ada yang merokok. Enggan menyinggung secara langsung, maka saya lakukan dengan gerak tubuh. Seperti mengipaskan tangan pada mulut sambil melirik dia terlebih dahulu atau melirik sambil menjauhinya. Kalau yang peka mah, dia langsung mematikan rokoknya.
Kalau lagi ngumpul keluarga, duh pasti deh rumah penuh asap rokok. Saudara ipar yang laki-laki semuanya perokok dan Kaka ipar perempuan pun masih merokok. Almarhum suami saya memang perokok, tapi bukan pecandu berat. Disaat dia bekerja, rokok pasti utuh. Beberapa Minggu sebelum meninggal, dia memutuskan untuk berhenti merokok. Termotivasi oleh Bapak supir usia 80 tahun yang masih gagah, sehat dan aktif.
Bapak sopir tersebut menerapkan hidup sehat sejak masih remaja dulu. Dia sama sekali tidak terpengaruh oleh teman-teman nya yang merokok. Dia pun menghindari berteman dengan perokok, karna dia tahu risiko nya terpapar asap rokok.
Dalam rangka Hari Tanpa Tembakau, KBR.id menyelenggarakan talk show dan siaran ini bisa disimak langsung di 100 radio jaringan KBR dari Aceh sampai Papua. Di Jakarta, simak di Power 89.2 FM. Anda juga bisa meyimak lewat Facebook page Kantor Berita Radio KBR dan KBR.ID.
Tema yang diusung kali adalah "Mendorong Kampus Terlibat Dalam Mengurangi Prevalensi Rokok". Dengan mengundang narasumber Biro Advokasi dan Hukum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dwidjo Susilo dan Yuni Kusminanti, SKM, M.Si Koordinator Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia dipandu oleh host Don Brady.
DataRiset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan jumlah perokok di atas usia 15 tahun sebanyak 33,8 persen. Ini jelas memprihatinkan, apalagi kalau Indonesia masih mau mencapai Generasi Emas pada 2045 nanti. Apa jadinya kalau semua pada sakit akibat rokok?
Yang membuat saya bingung, padahal harga rokok melebih harga satu liter beras. Tetapi kenapa masih banyak yang merokok, bahkan bila diperhatikan anak-anak usia sekolah dasar sudah mengenal rokok. Kalau begini yang salah tentunya orang tua yang cuek betapa pentingnya mengedukasi mereka tentang bahaya rokok.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, Pengurus Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) pertengahan tahun lalu mendeklarasikan penerapan pola sehat dan kampus tanpa rokok dalam Konferensi Indonesia tentang Tembakau atau Kesehatan (ICTOH) ke-5 di Surabaya.
Tapi jauh sebelum deklarasi ini, Universitas Indonesia sudah menerapkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok sejak keluarnya Keputusan Rektor UI tahun 2011. Keren nih kebijakan yang dikeluarkan oleh Universitas Indonesia. Kampus yang dengan lahan seluas 320 hektar ini. Hanya 25 persen dari lahan digunakan sebagai sarana akademik, dan 75 persen nya wilayah UI adalah area hijau berwujud hutan kota. Dihiasi danau membuat suasana kampus begitu indah.
Bukan berarti karena kebijakan tegas ini, membuat UI tidak ada sponsor ya Heathly People. Dwidjo dan Yuni pun kompak menuturkan, bahwa rokok bukan merupakan sponsor utama karena masih banyak lagi sponsor yang lebih daripada perusahaan rokok.
Menurut Ibu Yuni pun sudah diterapkan denda sebesar Rp 100.000 dan peraturan ini tidak pandang pilih bulu. Jika dosen yang melanggar pun peraturan ini tetap diberlakukan. Dwidjo Susilo pun menyayangkan kerjasama Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Ristekdiksi) dengan Sampoerna. Sama saja secara tidak langsung menusuk visi Presiden untuk meraih Generasi Emas 2045.
Semoga kedepannya banyak yang lebih peduli lagi untuk menciptakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Sehingga program Pak Presiden Jokowi bisa tercipta untuk mewujudkan Indonesia Generasi Emas 2045 nanti.
Kadang saya ingin menegur langsung, kalau di sekitar saya ada yang merokok. Enggan menyinggung secara langsung, maka saya lakukan dengan gerak tubuh. Seperti mengipaskan tangan pada mulut sambil melirik dia terlebih dahulu atau melirik sambil menjauhinya. Kalau yang peka mah, dia langsung mematikan rokoknya.
Kalau lagi ngumpul keluarga, duh pasti deh rumah penuh asap rokok. Saudara ipar yang laki-laki semuanya perokok dan Kaka ipar perempuan pun masih merokok. Almarhum suami saya memang perokok, tapi bukan pecandu berat. Disaat dia bekerja, rokok pasti utuh. Beberapa Minggu sebelum meninggal, dia memutuskan untuk berhenti merokok. Termotivasi oleh Bapak supir usia 80 tahun yang masih gagah, sehat dan aktif.
Selamatkan senyum mereka dari bahaya asap rokok |
Bapak sopir tersebut menerapkan hidup sehat sejak masih remaja dulu. Dia sama sekali tidak terpengaruh oleh teman-teman nya yang merokok. Dia pun menghindari berteman dengan perokok, karna dia tahu risiko nya terpapar asap rokok.
Mendorong Kampus Terlibat dalam Mengurangi Prevalensi Perokok.
Dalam rangka Hari Tanpa Tembakau, KBR.id menyelenggarakan talk show dan siaran ini bisa disimak langsung di 100 radio jaringan KBR dari Aceh sampai Papua. Di Jakarta, simak di Power 89.2 FM. Anda juga bisa meyimak lewat Facebook page Kantor Berita Radio KBR dan KBR.ID.
Tema yang diusung kali adalah "Mendorong Kampus Terlibat Dalam Mengurangi Prevalensi Rokok". Dengan mengundang narasumber Biro Advokasi dan Hukum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dwidjo Susilo dan Yuni Kusminanti, SKM, M.Si Koordinator Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia dipandu oleh host Don Brady.
DataRiset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan jumlah perokok di atas usia 15 tahun sebanyak 33,8 persen. Ini jelas memprihatinkan, apalagi kalau Indonesia masih mau mencapai Generasi Emas pada 2045 nanti. Apa jadinya kalau semua pada sakit akibat rokok?
Yang membuat saya bingung, padahal harga rokok melebih harga satu liter beras. Tetapi kenapa masih banyak yang merokok, bahkan bila diperhatikan anak-anak usia sekolah dasar sudah mengenal rokok. Kalau begini yang salah tentunya orang tua yang cuek betapa pentingnya mengedukasi mereka tentang bahaya rokok.
Mendorong kampus terlibat dalam mengurangi prevalensi perokok |
Berangkat dari keprihatinan tersebut, Pengurus Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) pertengahan tahun lalu mendeklarasikan penerapan pola sehat dan kampus tanpa rokok dalam Konferensi Indonesia tentang Tembakau atau Kesehatan (ICTOH) ke-5 di Surabaya.
Tapi jauh sebelum deklarasi ini, Universitas Indonesia sudah menerapkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok sejak keluarnya Keputusan Rektor UI tahun 2011. Keren nih kebijakan yang dikeluarkan oleh Universitas Indonesia. Kampus yang dengan lahan seluas 320 hektar ini. Hanya 25 persen dari lahan digunakan sebagai sarana akademik, dan 75 persen nya wilayah UI adalah area hijau berwujud hutan kota. Dihiasi danau membuat suasana kampus begitu indah.
Kebijakan Kampus membuat Mahasiswa itu tidak merokok
Biasanya murid SD bahkan sampai mahasiswa, sekalipun pasti akan lebih menuruti peraturan di sekolah atau kampus mereka. Bahkan kebijakan atau peraturan yang diterapkan mereka di sekolah, terbiasa mereka terapkan juga dikebiasaannya sehari-hari.Berdasarkan SK Rektor Nomor: 1805/SK/R/UI/2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok UI, maka di lingkungan kampus UI:
- Dilarang menghisap atau menikmati rokok, kecuali di tempat yang telah disediakan khusus untuk merokok.
- Perusahaan rokok atau institusi yang citranya terkait dengan rokok dilarang menjadi sponsor yang terkait dengan kegiatan mahasiswa, pendidik, dan/atau tenaga kependidikan di KTR UI.
- Universitas Indonesia tidak menerima beasiswa yang berasal dari Perusahaan Rokok atau institusi yang citranya terkait dengan rokok.
- Penerimaan beasiswa di Universitas Indonesia adalah bukan perokok aktif
- Petugas Satuan Pengamanan dilarang merokok saat melaksanakan tugas.
- Petugas Satuan Pengamanan berhak menegur warga UI yang merokok di area kampus UI
Bukan berarti karena kebijakan tegas ini, membuat UI tidak ada sponsor ya Heathly People. Dwidjo dan Yuni pun kompak menuturkan, bahwa rokok bukan merupakan sponsor utama karena masih banyak lagi sponsor yang lebih daripada perusahaan rokok.
Nah.. kebijakan untuk larangan rokok pun sudah ada, tapiiii mengapa hanya 1 persen saja perguruan tinggi negeri ataupun swasta yang berkomitmen kampus bebas rokok iniPertanyaan yang monohok nih dari host talkshow #Putusinaja radio KBR. Pak Dwi pun menjawab " masih banyak yang kurang berkomitmen masih bersikap masa bodo dan cuek (mungkin tidak mau mencampuri urusan orang, tetapi komitmen KTR ini pun sudah menjadi hak bersama yang wajib saling mengingatkan).
Menurut Ibu Yuni pun sudah diterapkan denda sebesar Rp 100.000 dan peraturan ini tidak pandang pilih bulu. Jika dosen yang melanggar pun peraturan ini tetap diberlakukan. Dwidjo Susilo pun menyayangkan kerjasama Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Ristekdiksi) dengan Sampoerna. Sama saja secara tidak langsung menusuk visi Presiden untuk meraih Generasi Emas 2045.
Semoga kedepannya banyak yang lebih peduli lagi untuk menciptakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Sehingga program Pak Presiden Jokowi bisa tercipta untuk mewujudkan Indonesia Generasi Emas 2045 nanti.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar setelah selesai membaca.