Inisiatif Untuk Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pernah terpikir tidak oleh kamu, berapa banyak air limbah yang kita hasilkan setiap hari di dalam rumah tangga??

Dari sumber-sumber pencemar di sungai-sungai, pencemar terbesar adalah limbah air rumah tangga (blackwater dan greywater) dan meningkat setiap tahunnya. Greywater adalah limbah rumah tangga ringan yang dihasilkan dari air bekas mencuci peralatan rumah tangga. Paling sedikit adalah 1,3 juta meter kubik limbah cair rumah tangga dari 22 juta jumlah penduduk di jabodetabek yang dialirkan ke sungai, belum termasuk penduduk dari perkotaan lain (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta, 2010).

Bahayanya lagi limbah rumah tangga mengandung bahan-bahan anorganik maupun organik, seperti bakteri, bahan kimia menjadi penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan lain-lain. 

Banyak sekali air limbah yang dihasilkan dalam rumah tangga. Dan itu sangat mempengaruhi sumber air tanah di rumah kita, secara tidak langsung terserap oleh tanah yang kebetulan dekat dengan sumber air tanah. Tanpa kita sadari semakin hari persediaan air bersih terus berkurang. 

Faktanya 1 dari 10 orang didunia tidak memiliki akses air bersih, 1 dari 3 orang didunia tidak memiliki toilet dan akses sanitasi dan Sanitasi & perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare diseluruh dunia.


Data Air Bersih Di Indonesia

■ Data dari Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan  (KLHK), ditahun 2015 hampir 68 persen atau mayoritas mutu air sungai di 33 provinsi di Indonesia dalam status tercemar berat.

■ Sekitar 24 persen sungai dalam status tercemar sedang, 6 persen tercemar ringan dan hanya sekitar 2 persen yang masih memenuhi baku mutu air.

■ Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab utama kematian anak berusia dibawah lima tahun. 

■ Laporan Riskesdas 2007 menunjukkan Diare penyebab 31%  kematian Anak usia antara 1 bulan-1 tahun dan 25% kematian anak usian1-4 tahun. Angka Diare pada anak-anak yang tinggal dirumah yang menggunakan sumur terbuka untuk air minum lebih tinggi 34% dari mereka yang menggunakan air ledeng. Selain itu, angka diare lebih tinggi 66% dari anak-anak yang keluarganya buang air besar disungai atau selokan dibanding mereka yang menggunakan fasilitas pribadi atau septi tank.

■ Data Bappenas: sejak kabinet Jokowi bekerja  pada 2015, cakupan air minum nasional adalah sebesar 81,30% untuk perkotaan. Angka ini sudah melewati amanat Millenium Development Goalsn (MDGs)!yaitun75,29%. Namun disektornpedesaan, amanat MDGs belumlah tercapai karena kita baru dapat mencapai sebesar 60,58% dari target sebesar 65,81%.

■ Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasionaln (RPJMN) 2015-2019, Pemerintahan Jokowi menargetkan pada tahun 2019 sudah mencapai 100%; (Universal Access)


    Bapak Gunawan Wibisono-Ahli Pengelolaan Air dok. Aqua


Mendengar paparan dari Bapak Gunawan Wibisono - Ahli Pengelolaan Air saat blogger gathering  #BincangAirAqua  di Gedung Cyber 2 lantai 9 ruang DAI (18/03/2017) membuat saya, semakin ngeri membayangkan sanitasi di lingkungan rumah. Tahun 2009 saya pindah ke rumah yang saya tempati kebetulan saya tinggal didaerah padat penduduk di Tamansari. Dari sekian banyak rumah hanya beberapa yang mempunyai kamar mandi. Mereka mandi, buang air dan mencuci di wc umum. Untuk minum saya membeli air ledeng pikulan. Untuk mandi dan mencuci pakaian serta sayuran dan peralatan memasak memakai air tanah. 


    Foto dok. Aqua Lestari


Tapi sejak wc umum dibongkar, akhirnya mereka membuat kamar mandi namun yang membuat saya miris mereka tidak membuat septi tank. Alhasil sekarang saya mencuci sayuran, beras dan peralatan dapur memakai air ledeng. Saya ingin sekali memasang air PAM tapi lokasi rumah saya dalam gang membuat biaya pemasangan sangat mahal dan itu pun harus ada lima rumah yang memasang air PAM. Ingin rasanya saya menegur mereka, tapi ketua RT setempat diam saja. 

Untuk mensiasati air limbah dirumah adalah dengan menyiram tanaman. Saya beralih memakai penggunaan detergen, sabun dan shampo yang ramah lingkungan. Memakai air seirit mungkin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kulineran Sate Maranggi Haji Yetti Cibungur Purwakarta

Back To School with Home Credit Indonesia Di Jakarta Fair Kemayoran (JFK) 2023

Manfaat Nano Water Can Slim Untuk Kesehatan