Kampung Berseri ASTRA Pulauku Nol Sampah
Pulauku Nol Sampah merupakan kegiatan konservasi lingkungan dengma Strategi Kerjasama Multipihak yang mendorong kembalinya Budaya Bahari secara konkrit sekaligus mengembalikan martabat komunitas pulau-pulau kecil. Dalam gerakannya, warga di dorong untuk inisiatif bergiat bersama melakukan penyebarluasan pola pengembangan sumber daya kebudayaan (cultural resources) dan mengaktifkan simpul jaring media sosial (social capital) kohesi ikatan kedua entitas ini dapat di tranformasi sebagai kekuatan untuk meneguhkan keadaban dan murwah martabat kemanusiaan yang berkeadilan dan mandiri.
Kepulauan Seribu menjadi salah satu tujuan wisata yang banyak diminati, namun banyaknya wisatawan yang berkunjung bertambah pula kapasitas sampah. Apalagi masalah sampah menjadi permasalahan yang komplek, dan menjadi tanggung jawab bersama. Diperlukan kerjasama dan kesadaran individu, yang menjadi bagian tanggung jawab kita. Keindahan pulau seribu harus kita jaga, lestari pulau seribu lebih indah tanpa sampah. Tumpukan sampah plastik dilautan makin meresahkan apalagi di Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu. Meski sampah plastik berserakan dilauta, namun itu semu ada kisah yang menginspirasi yang dapat kita pelajari dan dijadikan contoh pengelolaan sampah plastik di Pulau Pramuka. Memiliki cita-cita melalui sebuah gerakan Pulauku Nol Sampah, Kampung Berseri Astra Pulau Pramuka kian berubah jadi lebih baik. Kebiasaan lama warga membuang sampah ke laut kini berubah menjadi kebiasaan baru yang lebih mencintai lingkungan. Dimulai dengan gerakan tidak lagi membuang sampah sembarangan apalagi membuang sampah ke lautan.
Memilah sampah untuk di daur ulang dok. Rumah literasi hijau |
Pulau Ku Indah Tanpa Sampah
Permasalahan sampah di Kepulauan Seribu agaknya menjadi fokus utama yang harus diselesaikan. Dilihat dari sumbernya, sampah di Kepulauan Seribu berasal dari luar pulau dan penduduk yang bermukim di pulau tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanologi – LIPI menunjukkan fakta bahwa Kepulauan Seribu menjadi penerima sampah kiriman dari 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Oleh karena itu, permasalahan sampah di Kepulauan Seribu harus segera diselesaikan perlahan-lahan. Dimulai dari aksi untuk pengurangan sampahnya melalui kesadaran masyarakat pulau.
Mahariah Pencetus Gerakan Pulauku Nol Sampah, Kampung Berseri Astra Pulau Pramuka.
Mahariah seorang warga asli pulau pramuka pun mulai bergerak untuk menyelamatkan tempat tinggalnya dari tumpukan-tumpukan sampah yang setiap hari datang menghampiri pulau tersebut. Dia ingin tempat tinggalnya bersih dari sampah, dan berkat ketekunannya dalam memerangi masalah sampah yang ada di pulau pramuka. Mahariah melakukan edukasi kepada warga, melalui majelis taklim, mendatangi rumah warga tetapi awalnya gerakan ini mendapat penolakan oleh warga setempat, malahan menganggap Mahariah mendapatkan bayaran dari pihak luar dan warga pun menolak mengikuti program pelatihan daur ulang sampah. Meski pun begitu ibu Mahariah tetap semangat, guru madrasah Ibtidaiyah ini tetap tekun dan sabar.
Sejalan dengan ASTRA Mahariah dipercaya oleh astra untuk menjadi tokoh penggerak Kampung Berseri ASTRA. KBA (Kampung Berseri Astra) adalah program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yang di implementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintregrasikan 4 pilar program, yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan, dan Kesehatan. Melalui program ini masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi mewujudkan wilayah tempat tinggalnya yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup di sekitarnya.
Sebelum ditunjuk menjadi tokoh penggerak kampung berseri Astra, Ibu Mahariah sudah lebih dulu membuat komunitas kecil yang awalnya bernama “Komunitas Variabel Bebas” yang berkolaborasi bersama dengan beberapa individu lain. Komunitas ini berdiri karena semangat kolaborasi untuk mengatasi permasalahan sampah serta lingkungan yang berada di sekitar Pulau Pramuka. Program awal dari komunitas ini adalah gerakan sedekah satu botol untuk aksi lingkungan (GERBANG).
Hingga akhirnya komunitas variabel bebas ini semakin berkembang sampai akhirnya berganti nama di tahun 2018 menjadi “Komunitas Rumah Hijau”. Dimana kegiatan-kegiatan yang awalnya hanya berfokus pada masalah sampah botol diperluas lagi dalam komunitas ini, seperti memperluas perspektif pendekatan dengan kegiatan green map (mapping permakultur pesisir) yang berlandaskan pada hubungan manusia dengan alam yang bersifat mutualisme. Yang menjadi pijakan dalam mendesain sebuah ide dalam menjawab berbagai isu baik sampah, pangan, air bersih, energi, dan edukasi informasi.
Pada tahun yang sama pula berdiri sebuah yayasan dengan nama “Yayasan rumah Literasi Hijau”, dimana yayasan ini berfokus pada perkembangan program dan kemitraan. Yang mendorong orang-orang yang berada dalam komunitas untuk dapat melembagakan wadah secara resmi agar dapat memberikan dampak yang lebih kepada masyarakat dalam pengembangan kegiatan konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam usahanya tentu tidak bisa hanya dari satu pihak, maka dari itu yayasan sebagai wadah yang dapat menampung berbagai isu-isu tersebut berusaha untuk mengajak semua pihak dalam satuan masyarakat untuk dapat terlibat demi terwujudnya gerakan “Pulauku Nol Sampah”.
Demi mewujudkan cita-cita nya ini, yayasan Rumah Literasi Hijau memiliki beberapa program seperti, rumah hijau, rumah lestari, pustaka hijau, kelas iklim, campung iklim, workshop perubahan iklim, dan festival hutan pantai. Misalnya dalam program rumah hijau yang berfokus pendampingan masyarakat Pulau Pramuka dan Pulau Panggang berbasis rumah tangga dalam usaha merespon isu terkait sampah, air bersih, pangan, ekonomi kreatif, kesehatan, dan energi di daerah pesisir. (sumber: rumahliterasihijau,id)
Cara Pengolahan Sampah Yang Sudah Terkumpul
Sampah yang sudah dikumpulkan nantinya akan dipilah lagi sesuai dengan kondisi si sampah tersebut, misalkan sampah organik akan dijadikan pupuk cair, selain itu juga sampah organik dapat dijadikan bahan bakar berbentuk gas yang dapat dijadikan bahan bakar untuk memasak. Selain sampah organik, sampah anorganik seperti styrofoam dapat dijadikan kreasi seni rupa yang bernilai jual beli, lalu sampah-sampah plastik dapat dijadikan kreasi seperti bunga. Sampah bekas botol minum yang kondisinya masih layak juga dapat dijadikan sebagai media tanam bagi tumbuhan-tumbuhan.
Sampai saat ini pengolahan sampah di wilayah pulau pramuka semakin membaik, dimana Mahariah selaku tokoh penggerak terus menciptakan inovasi-inovasi baru, seperti membuat kerajinan dari residu sampah plastik, lalu mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, yang nilainya sama seperti solar.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar setelah selesai membaca.