Pendakian Pertamaku Di Gunung Prau

Aku tipikal orang yang suka jalan. Jika ada yang mau mengajak, pasti Aku bilang "Ya" tanpa pikir panjang lagi. Kebetulan ada teman yang mengajak ke Gunung Prau, langsung "oke" aja padahal sama sekali belum pernah naik gunung. Perlengkapannya pun sama sekali belum punya. Saking semangatnya saya langsung membeli sepatu, sleeping bag dan emergency blanket di toko online.

Tanggal 28 Juli ditentukan sebagai tanggal keberangkatan dan kembali ke Jakarta tanggal 31 Juli. Setelah 1 bulan lebih tergabung dalam grup whats apps, untuk mengenal satu sama lain karena sebagian besar kami belum kenal. Jika dilihat dari obrolan grup sih kelihatan seru-seru dan tidak sombong walaupun mereka senior. Tempat berkumpul sudah ditentukan di CFC RS. UKI berangkat pukul 19.30 wib, sayang molor sampai pukul 21.00 wib.

Berhubung Aku orang yang tepat waktu maka dari rumah berangkat pukul 17.30 wib naik commuter line turun di Stasiun Cawang dan sambung naik ojek online. Pada jam segitu memang commuter line sedang padat-padatnya karena banyak pekerja yang siap kembali jerumah mereka masing-masing. Alhasil untuk turun pun Aku kesulitan tanpa sadar 1 kantong plastik yang berisi kopi dan snack terjatuh.

Perjalanan dari rumahku hanya memakan waktu kurang lebih 1 jam. Ternyata hampir semua peserta adalah seorang pengawai, sepertinya hanya Aku saja yang Ibu rumah tangga. Aku tergabung dalam grup yang diberi nama "Terserah" yang terdiri dari 9 orang dan ketuanya Kak Yonathan lumayan asyik sih orangnya. Setelah semua peserta lengkap, kami berangkat diiringi dengan cuaca gerimis.

Setelah beberapa kali istirahat, sampai lah kami di Patak Banteng (jalur yang dipilih untuk mendaki). Setiap peserta diwajibkan membawa 3 liter air, obat-obatan pribadi, sleeping bag, jaket, dan tenda (jika punya).

Di basecamp Patak Banteng, banyak warung-warung nasi yang juga menjual sarung tangan, topi, jas hujan dan tshirt disana juga ada mini market. Jadi tidak usah repot-repot bawa cemilan dari rumah. Jam 13.00 wib kami mulai mendaki.



Gunung Prau

Gunung Prau di apit oleh 5 kabupaten yaitu Kabupaten Kendal, Banjarnegara, Wonosobo, Batang dan Temanggung. Ketinggian Gunung Prau 2565 mdpl. Bila cuaca cerah akan terlihat penampakan yaitu Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, Gunung Merbabu dan Gunung Lawu dari arah timur. Bila dilihat sejenak dari arah barat akan terlihat penampakan Gunung Slamet. Gunung Prau merupakan kawasan hutan lindung yang dikelola oleh PT Perhutani, jadi para pendaki dianjurkan membeli tiket masuk kawasan hutan lindung.

 Grup "Terserah"


Waktu tempuh pendakian Gunung Prau pun hanya kurang lebih 3 jam, cocok untuk pemula seperti Aku. Sunrise dan sunset disini sangat indah. Dihiasi dengan padang sabana dan samudera awan, sungguh membuat hati puas memandangnya. Walaupun awalnya sempat berpikir tidak mungkin sanggup untuk sampai ke puncak. Jalur Patak Banteng tergolong jalur ektrim bagiku karena dari pos 1 sampai pos 3 terus menanjak. Untungnya ada beberapa warung yang menyediakan cemilan juga semangka dan jeruk yang sangat segar.

Jalur Patak Banteng


Di saat pendakian, dalam hati bertanya "apa yang menyebabkan orang bersusah payah mendaki gunung". Ternyata diatas sana sudah menunggu pemandangan yang sangat indah dan semakin kita menyadari Keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Sesampai diatas puncak, kami langsung berbagi tugas ada yang memasak air dan makanan juga mendirikan tenda. Jujur Aku sih gak bisa pasang tenda, jadi aku memilih masak. Dari rumah sudah disiapkan sambal rujak, sambal goreng dan uli. Logistik dibagikan ke tiap-tiap regu untuk dimasak dan makan bersama.

Sayangnya selesai masak, mata ini sudah lelah dan akhirnya Aku masuk tenda dan tidur lelap hingga pukul 04.00 wib. Cuaca malam itu mendung jadi hanya ada bintang dan bulan yang tertutup kabut diiringi angin kencang.

Sunrise di Gunung Prau


Seperti biasa kegiatan dirumah, bangun tidur langsung masak air. Setelah waktu menunjukkan pukul 05.00 wib cuaca mulai cerah. Matahari pun mulai menampakkan diri sedikit demi sedikit walau sesekali ditutupi kabut, kami pun harus sigap dan berlomba dengan kabut untuk mengambil momen tersebut.

Sesi foto bersama semua peserta


Setelah puas mengambil gambar, Aku kembali ke tenda, meneruskan kegiatan memasak untuk dimakan bersama sebelum turun. Acara dilanjutkan dengan pembagian doorprize dan sesi foto bersama. Tepat pukul 12.00 wib kami bersiap kembali ke Jakarta, jalur yang dipilih turun gunung adalah lewat Dieng. Memang agak lama namun medan yang ditempuh tidak terlalu banyak menanjak tidak seperti jalur Patak Banteng. View jalur Dieng pun sangat indah dan sayang untuk dilewatkan. Baca juga

Penampakan Telaga warna dok.Firman

Hamparan kebun kentang

Padang Sabana


Alhamdulillah setelah melewati 3 pos kami sampai di basecamp Dieng pukul 14.00. Selesai mandi di basecamp, kami melanjutkan perjalanan ke Balai Desa, karena disana mobil kami diparkir. Sebelum melanjutkan ke Jakarta, tidak lupa mencicipi Mi Ongklok sajian mi khas Dieng yang disajikan dengan sate ayam, Lelah ini terbayar. Tidak lupa juga membeli oleh-oleh khas Dieng ada Carica, Purwaceng dan Terong Belanda. Pukul 16.00 wib kami melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta dan sampai tepat pukul 04.00 wib.

Mi Ongklok


Bukannya kapok tapi setelah mengetahui, nikmatnya naik gunung dan seperti ada kepuasan tersendiri, terus terang jadi ketagihan. Semoga selalu diberi kesehatan dan rizqi berlimpah agar bisa mendaki semua gunung yang ada dibumi pertiwi Indonesia tercinta ini.



Jangan Lupa Bawa Turun Sampahmu



Komentar

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir dan pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar setelah selesai membaca.

Postingan populer dari blog ini

Kulineran Sate Maranggi Haji Yetti Cibungur Purwakarta

Manfaat Nano Water Can Slim Untuk Kesehatan

Back To School with Home Credit Indonesia Di Jakarta Fair Kemayoran (JFK) 2023