Anak Disabilitas dan Kusta Juga Mempunyai Hak dan Kesempatan Pendidikan Yang Sama

Sebagai orangtua pernah ga Ibu atau Bapak mempunyai perasaan sedih ketika anak kita dibeda-bedakan oleh orang lain. Kebiasaan keluarga kami kalau lagi kumpul dikampung, pasti deh bahas segala macam. Salah satunya adalah membahas pendidikan anak. Saat itu Kaka masih duduk disekolah dasar, dia agak pendiam dan memang nilainya masih dibawah sepupu nya yang lain. Sebagai ibu pasti ada rasa sedih dihati meski tidak di ucapkan, tapi saya dan alm suami sering membahasnya. Kurikulum di kabupaten itu berbeda dengan kota besar. Kami secara garis besar tidak menyalahkan Kaka, tapi kami percaya anak yang kami didik suatu saat nanti menjadi orang uang berguna. Syukur alhamdulillah Kaka lulus Cum Laude,  dan sekarang sudah bekerja di salah satu rumah sakit di Jakarta Barat.


disabilitas dan kusta


Anak Disabilitas dan Kusta alami kekerasan dan diskriminasi

Segitu aja sebagai orangtua saya dah sedih, apalagi bagi ibu yang mempunyai ABS, disabilitas dan kusta. Pasti sedih banget, karena mereka harus siap menerima cobaan. Masih banyak terjadi diskriminasi bagi anak disabilitas dan kusta didalam kelyarga dan lingkungannya. Sehingga mereka yang cerdas, terhambat dan terbatas kesempatan untuk menimba ilmunya. Sehingga Pemerintah mendirikan Sekolah Luar Biasa (SLB) agar mereka tetap mempunyai kesempatan mengejar cita-cita nya. Tapi tentu saja kendala nya dan hambatan tetap ada, apalagi anak disabilitas dengan ekonomi menengah kebawah. Jarak dan tranpotasi ke sekolah dari rumah pun terbatas dan jarak tempuh yang lumayan jauh.

Indonesia masuk 3 besar dunia kasus kusta

Dari data WHO tahun 2022, Indonesia menjadi penyumbang kasus baru kusta nomor 3 terbesar di dunia, dengan jumlah kasus 8% dari kasus dunia. Hingga saat ini banyak kantong-kantong kusta diberbagai wilayah Indonesia. Sebanyak 9.061 kasus baru kusta ditemukan di Indonesia, termasuk kasus baru pada anak . Per 31 Januari 2021, kasus baru kusta pada anak mencapai 9.14 persen dan angka ini belum mencapai target pemerintah yaitu dibawah 5 persen.

Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh anak disabilitas dan kusta, perlu adanya komitmen seluruh pihak untuk memastikan anak mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang baik. Tidak lagi dibedakan dengan anak non disabilitas dan mendapatkan hak yang inklusif. Untuk memenuhi hak pendidikan pada anak disabilitas dan kusta ini, beberapa yang lalu  talk show Ruang Publik KBR di channel youtube nya membahas tentang Pendidikan pada anak dengan disabilitas dan kusta. Mengundang narasumber Dr. H. Yaswardi, M.Si-Plt Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Anselmus Gabies Kartono- Yayasan Kita Juga (Sankita) dan Ignas Carly-Siswa kelas 5 SDN Rangga Watu Manggarai Barat (Testimoni Disabilitas).

disabilitas dan kusta


Tantangan sekolah negeri menerima siswa dengan disabilitas dan kusta

Berat memang tantangannya bagi sekolah negeri yang menerima siswa dengan disabilitas dan kusta. Tidak semua orangtua di sekolah negeri dengan tangan terbuka menerimanya. Untuk mewujudkan upaya memenuhi hak dan pendidikan bagi anak dengan disabilitas dan kusta. Melihat tantangan ini SDN Rangga Watu berkolaborasi dengan Yayasan Sankita. Sejak tahun 2017 SDN Rangga Watu Manggarai Barat sudah menyelenggarakan pendidikan inklusif, karena melihat jarak SLB di Manggarai sulit dijangkau oleh anak dengan disabilitas dan kusta.

Ketersedian pengajar dan guru pendidik khusus belum tersedia dan itu menjadi salah satu kendala, karena kebanyakan di sekolah reguler adalah guru pendidik umum. Yayasan Sankita sangat berperan penting dalam memberikan pelatihan khusus pada guru-guru di SDN Rangga Watu, bagaimana memperlakukan anak dengan berkebutuhan khusus. Untuk mewujudkan sekolah inklusif ini, Yayasan Sankita melakukan sosialisasi terhadap pengajar, komite, dan orangtua murid. Pendidikan Insklusif adalah pendidkan yang memberikan kesempatan yang sama pada anak berkebutuhan khusus atau disabilitas.

Sekolah Inklusif sudah memberikan kesempatan untuk ABK atau disabilitas. Agar anak-anak dengan disabilitas atau ABK ini mendapatkan hak pendidikan yang sama, maka bagi para orangtua yang memiliki ABK sebaiknya daftarkan saja ke sekolah-sekolah reguler, bilamana jarak rumah ke SLB itu lebih jauh. Walaupun perlakuannya tidak maksimal tapi setidaknya mereka bisa beradaptasi dan bergaul dengan teman-teman yang lainnya, dan mereka bisa cepat berkembang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kulineran Sate Maranggi Haji Yetti Cibungur Purwakarta

Back To School with Home Credit Indonesia Di Jakarta Fair Kemayoran (JFK) 2023

Manfaat Nano Water Can Slim Untuk Kesehatan